Atika Zahra Fadhilah
Universitas Indraprasta PGRI
Rani Puspita
Universitas Indraprasta PGRI
ABSTRAK
Drama merupakan jenis karya sastra yang melibatkan emosi atau konflik dengan menggambarkan kisah realita kehidupan melalui peran dan dialog yang ditampilkan. Drama “School 2017” yang di produksi oleh KBS TV Nasional Korea menceritakan tentang siswa 18 tahun yang pada kala itu di sekolah SMA Geumdo memperjuangkan keadilan di sekolah. Rumusan masalah penelitian ini yaitu alasan apa yang membuat X melakukan perbuatan yang mengacaukan keadaan di SMA Geumdo. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbuatan X dalam menegakan keadilan di SMA Geumdo pada drama School 2017. Namun hal itu tidak berjalan dengan lancar karena kepala sekolah SMA tersebut berusaha menghentikan X dalam menjalankan misinya. Metode yang akan digunakan penelitian ini yaitu semiotika pemikiran Pierce. Dimana dalam teori Pierce dijelaskan bahwa tanda terdiri dari 3 elemen yaitu elemen Sign terdiri dari simbol (melalui sebuah kesepakatan), ikon (perwakilan fisik), dan interpretant (sebab akibat). Lalu elemen object diartikan sebagai acuan tanda. Serta elemen interpretant yang merupakan sebuah pemikiran seseorang pengguna tanda yang menjadikan tanda tersebut sebagai sebuah makna. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa perbuatan yang dilakukan X pada drama School 2017 yang membuat sistem peraturan yang ada pada SMA Geumdo berubah menjadi lebih adil bagi para siswa. Para siswa disekolah tersebut tidak sanggup dalam mengikuti pembelajaran karena sistem diskriminasi terhadap siswa yang diterapkan di sekolah sebelumnya, hal tersebut membuat X melakukan pemberontakan agar peraturan disekolah kembali normal menjadi lebih adil. Model teori Peirce memfokuskan pembahasannya pada 3 elemen dimana dalam penelitian ini elemen sign ditunjukkan dengan scene yang ada pada drama School 2017, lalu pada elemen object ditunjukkan dengan drama school 2017, dan interpretant dalam penelitian ini yaitu tindakan yang dilakukan pemeran pada drama tersebut.
Kata Kunci : Drama, School 2017, Semiotika, Mencari Keadilan Sekolah, Diskriminasi
PENDAHULUAN
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Drama dibuat bertujuan sebagai sarana hiburan dan dapat memperoleh pengetahuan bagi masyarakat disemua kalangan. Pesan yang terdapat pada drama disampaikan melalui secara audio visual yang disertai dengan gerak yang disampaikan kepada penonton drama. Mengutip buku Pemberdayaan Literasi Seni di SD (2020) yang dikarang oleh Mansurdin mengungkapkan bahwa drama memiliki empat fungsi, yaitu sebagai alat ekspresi, sebagai alat upacara, sebagai hiburan, dan sebagai media pendidikan.
Drama terdapat dari berbagai negara salah satunya dari Korea Selatan. Drama Korea atau disingkat Drakor merupakan seri televisi dengan bahasa Korea yang populer di seluruh dunia khusunya Asia dengan bersamaan merebaknya budaya populer Korea, biasa disebut dengan gelombang Korea. Drama Korea banyak diminati karena alur cerita yang menarik dan mampu mengikat penonton untuk ikut merasakan emosi dalam drama tersebut. Pada Drama Korea terdapat berbagai genre didalamnya seperti komedi, romantis, thriller, horor, melodrama, dan lain-lain. Drama Korea selain sebagai hiburan memiliki manfaat lainnya yaitu sebagai motivasi dalam banyak hal.
Drama School 2017 merupakan drama Korea yang ditayangkan perdana di KBS 2 pada tanggal 17 Juli 2017. Drama ini berlatar kehidupan anak SMA Geumdo menghadapi masalahnya masing-masing. Pada drama ini seorang siswa mempunyai impian dan impian tersebut mulai terancam saat dituduh sebagai siswa pembuat onar yang misterius biasa disebut dengan ”X”. Drama ini memiliki 16 episode yang berdurasi 1 jam lebih setiap episodenya. School 2017 disutradarai oleh Park Jin Suk yang merupakan seri ke-7 dari serial drama ’School’. Adapun drama ini diperankan oleh Kim Se Jeong, Kim Jung Hyun, dan Jang Dong Yoon.
School 2017 mengisahkan tentang kehidupan siswa sekolah menengah atas, yang berusaha mengatasi stres dalam belajar. Protagonis utamanya adalah Ra Eun-Ho (Kim Se Jeong), seorang gadis 18 tahun yang ceria dan baik hati. Ia memiliki mimpi menjadi seniman webtoon, tapi terjebak dalam pencarian pembuat onar misterius di sekolah, yang disebut 'siswa X'. Ketika dituduh sebagai siswa X, mimpinya untuk kuliah di jurusan seni terancam karena ia harus dikeluarkan. Dalam hal tersebut terdapat sebuah ketidakadilan yang didapatkan salah satu siswa tersebut karena sistem sekolah yang ada dan hal tersebut juga menghambat kehidupan 18 tahun para pelajar di SMA Geumdo.
Ketidakadilan adalah suatu kondisi saat suatu kelompok atau individu diperlakukan secara berbeda. Faktor ketidakadilan itu sendiri terdapat (1) faktor psikologis, (2) sifat individualisme, (3) kurangnya pemahaman terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku dimasyarakat, (4) kesenjangan sosial, (5) lembaga sosial kurang berfungsi dengan baik, (6) penyalahgunaan teknologi, (7) adanya dorongan dan arahan dari pihak tertentu. Dampak dari ketidakadilan banyak kekejaman yang terjadi dimana-mana serta korban dari kekejaman tersebut. Cara menyikapi ketidakadilan tersebut yaitu dengan cara menjadi lebih pro aktif jadi memiliki pengalaman agar semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai masalah. Nilai ketidakadilan tersebut dapat dilihat dari tanda-petanda yang ada pada drama. Maka dari itu penulis melakukan penelitian lebih mendalam dengan menggunakan kacamata semiotika. Semiotika mempelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2006). Dalam arti sederhana, semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Sejalan dengan itu, Wiryaatmadja (dalam Santosa, 1993 : 3) menyatakan bahwa semiotika adalah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda dalam maknanya yang luas di dalam masyarakat, baik yang lugas (literal) maupun yang kias (figuratif), baik yang menggunakan bahasa maupun non-bahasa. Sebuah film merupakan wujud visual dari tanda-tanda yang ada di dalam masyarakat dan dapat memberikan pesan bagi setiap individu. Charles Sanders Peirce bukan hanya melihat makna berdasarkan tanda melainkan juga penafsir (interpretant). Seorang penafsir harus mempunyai kepekaan dalam menafsirkan tanda-tanda. Peirce membagi tanda berdasarkan symbol, object, dan interpretant yang dikenal sebagai segitiga triadik. Adapun beberapa alasan lain yang mendasari penelitian ini yaitu keingintahuan penulis terhadap perbuatan "X" pada drama School 2017 yang membuat perubahan baru pada sistem di sekolah tersebut. Hasil penelitian diharapkan menjadi referensi bagi para pembaca dan diharapkan mampu mengambil amanat serta makna yang terkandung dalam sebuah analisis drama melalui kajian semiotika.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berfokus pada nilai ketidakadilan yang terdapat pada SMA Geumdo yang menyebabkan suatu diskriminasi terhadap para siswa disekolah. Objek dalam penelitian ini adalah Drama “School 2017” yang berupa potongan gambar dari adegan atau scene dalam drama tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis data yang bersifat non-kuantitatif. Penelitian kualitatif berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh simpulan.
Lalu jenis penelitian yang digunakan penulis adalah analisis isi. Analisis isi yaitu suatu model yang digunakan untuk meneliti dokumentasi data yang berupa teks, gambar, symbol, dan sebagainya. Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari komunikasi. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisa berbagai bentuk komunikasi, seperti dalam surat kabar, buku, radio, film dan lainnya. Penulis menggunakan analisis isi kualitatif untuk menganalisa data yang dimulai dari analisis berbagai data yang dikumpulkan. Data diperoleh dari beberapa adegan drama yang telah dikategorikan memiliki suatu tindak ketidakadilan atau diskriminasi yang terdapat dalam drama. Selanjutnya, penulis melakukan pemaknaan atau penafsiran terhaap data. Dengan menggunakan analisis isi secara kualitatif terhadap drama “School 2017”, penulis mampu mengetahui apa saja tindak ketidakadilan atau diskriminasi dan aksi para tokoh yang terdapat dalam film tersebut.
Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori semiotika Charles Sanders Peirce, dimana teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat teori segitiga makna yang berisi tiga konsep atau elemen, yaitu: sign, object, dan interpretant. Menurut Pierce, sign terdiri dari simbol (muncul melalui sebuah kesepakatan), ikon (muncul melalui perwakilan fisik), dan interpretant (muncul melalui sebab akibat). Object diartikan sebagai acuan tanda yang menjadi referensi suatu tanda. Dan interpretant, biasa disebut juga sebagai pengguna tanda Yang mana interpretant adalah sebuah konsep pemikiran seseorang pengguna tanda yang menjadikan tanda tersebut sebagai sebuah makna tertentu.
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer diperoleh dari rekaman original video berupa drama “School 2017” yang diakses melalui kanal platform resmi IQIYI. Penulis kemudian memilih visual atau gambar dari adegan atau scene dalam film yang diperlukan. Sumber data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung data primer yaitu artikel jurnal, yang berhubungan dengan drama. Penelitian tentang semiotika Charles Sanders Peirce juga sudah banyak dilakukan oleh berbagai peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
“School 2017” merupakan drama korea yang terdapat 16 episode. Drama ini bercerita mengenai siswa-siswi SMA Geumdo yang berusia 18 tahun. Dalam masa remaja mereka menjadi siswa SMA mereka mendapatkan diskriminasi dari sekolah dengan tekanan peraturan- peraturan sekolah yang tidak masuk akal sepert hierarki nilai, 4 kali ujian dalam sebulan, memasuki kantin dan perpustakaan berdasarkan urutan peringkat, kekuasaan orang tua dan kekayaan tapi semua itu akan diperjuangkan dan akan dimusnahkan oleh siswa misterius disekolah sebagai siswa “X”. Siswa “X” juga menjadi penghambat bagi salah satu siswi bernama Ra Eun-ho yang memiliki mimpi untuk memasuki universitas impian nya, ia di tuduh menjadi siswa “X” sebagai pembuat onar.
Di sekolah, Ra Eun-ho menjalin pertemanan dengan Hyun Tae-woon (Kim Jung Hyun), siswa yang terkenal dengan sifat arogannya dan suka memberontak. Namun, tidak ada guru yang berani menghukumnya karena statusnya sebagai anak direktur SMA Geumdo. Di sisi lain, ada juga sosok Song Dae-hwi (Jang Dong Yoon), siswa cerdas yang selalu mendapat ranking satu, tapi tidak punya cukup uang untuk meneruskan pendidikan di universitas impiannya. Mereka kemudian sama-sama terjebak dalam suatu kasus dan dituduh sebagai pembuat onar di sekolah yang dikenal dengan “Siswa X”. Lantas, siapa sebenarnya “Siswa X” yang misterius sebagai pengacau sekolah dan memperjuangkan keadlian.
Drama School 2017 merupakan drama Korea yang ditayangkan perdana di KBS2 pada tanggal 17 Juli 2017. Drama ini berhasil membawa melejitkan nama pemain nya.
Gambar 1. Episode 1 Menit 00.46
· Sign : Kertas ujian.
· Object : Selembar kertas ujian yang membawa harapan dunia akan kiamat.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi penulis menunjukan bahwa adegan tersebut memaknai imperesentasi harapan seorang siswa sekolah menengah atas dengan harapan dunia akan kiamat agar tidak perlu mengikuti ujian sekolah. Ujian membuat keadaan mereka menjadi menjengkelkan dan menjadi situasi yang meyesakkan. Penulis memandang bahwa hal tersebut menjukan siswa SMA Geumdo memiliki harapan yang sama dengan tidak ingin mengikuti ujian sekolah yang sangat menyesakkan itu pasalnya ujian tersebut dilaksanakan 3 kali selama sebulan.
Gambar 2. Episode 1 Menit 01.15
Gambar 3. Episode 1 Menit 01.38
· Sign :
Gambar 2 : Fire spingkler
Gambar 3 : Ujian sekolah
· Object :
Gambar 2 : Air yang terpancar secara tiba-tiba berasal dari Fire sprinkler.
Gambar 3 : Suasana kelas tersembur dan dibasahi air secara tiba-tiba saat ujian berlangsung.
· Interpratant : Dari jenis identifikasi penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut bahwa harapan dari seluruh siswa siswi SMA Geumdo tercapai. Saat ujian berlangsung sensor kebakaran di gedung sekolah secara tiba-tiba memancarkan air dan membasahi seluruh sekolah termasuk ruang kelas. Salah satu dari mereka menjadi bayangan dan harapan seluruh siswa menjadi kenyataan kertas ujian yang basah dan suasana kelas yang tidak kondusif membuat ujian tidak jadi berlangsung. Hal tersebut dilakukan oleh siswa misterius “X” dari situlah sekolah mendaptkan hal-hal yang tidak terduga.
Gambar 4. Episode 1 Menit 02.32
Gambar 5. Episode 1 Menit 17.30
· Sign :
Gambar 4 : Kantin
Gambar 5 : Papan pengumuman sekolah
· Object :
Gambar 4 : Antrian siswa siswi SMA Geumdo yang sedang mengantri memasuki kantin saat jam istirahat dan hal tersebut hanya dapat memasuki kantin berdasarkan urutan peringkat.
Gambar 5 : Papan pengumuman hasil ujian SMA Geumdo dimana setiap 3 kali dalam sebulan menjadi rutinitas siswa siswi melihat urutan peringkat yang didapatkan.
· Interpratant :
Dari jenis identifikasi penulis menunjukan bahwa adegan dalam gambar 3 menunjukan ketidak adilan bagi para siswa untuk memasuki area kantin berdasarkan urutan peringkat serta anak direktur sekolah juga bisa masuk terlebih dahulu. Mereka tidak memiliki perlakuan setara. Sementara pada gambar 5 penulis meunjukkan adegan bahwa pengumuman terbaru hasil peringkat ujian yang selalu didapatkan dan dipajang didinding sekolah selama 3 kali dalam sebulan hal itu semakin menunjukan ketidakadilan sekolah karena semakin rumit untuk memasuki area kantin dan perpustakaan hanya berdasarkan peringkat ujian di sekolah.
Gambar 6. Episode 1 Menit 24.35
· Sign : Peringkat
· Object : Salah satu siswa yang sedang ditanyakan oleh gurunya di berada dibaris berapa siswa itu mendapatkan rangking.
· Intepretant : Dari jenis identifikasi penulis menunjukkan bahwa adegan tersebut memaknai representasi diskriminasi siswa dalam sebuah pertanyaan. Dalam adegan tersebut Ra Eun-ho ditegur oleh guru tersebut dan ditanyakan dibaris keberapakan ia berada. Didalam dialog tersebut Ra Eun-ho menjawab bahwa ia berada di baris ke enam dengan peringkat terbawah. Lalu guru tersebut mendiskriminasi Ra Eun-ho bahwa siswa dengan baris ke enam “bahkan tidak layak diperlakukan sebagai manusia” tuturnya oleh guru tersebut. Dari hal itu menunjukkan ketidakadilan sekolah mendiskriminasi para siswanya.
Gambar 7. Episode 1 Menit 55.50
· Sign : Buku gambar dan handphone
· Object : Buku gambar Ra Eun-ho dan handphone Taewon yang disita oleh guru.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai reresentasi ketidakadilan sekolah terhadap siswa. Ra Eun-ho memiliki masalah karena buku gambar yang disita oleh guru karena menggambar pada saat jam belajar berlangsung tetapi raunho sudah meminta maaf dan janji tidak mengulanginya lagi, buku gambar itu sangat berharga baginya karna untuk portofolio memasuki universitas hangguk. Sedangkan Tae-woon yang sedang berjalan bermain handphone lalu disita juga oleh guru tersebut. Dan disitulah taweon langsung meminta handphone tersebut untuk dikembalikan dikarenakan ia beralasan bahwa handphone dihadiahkan oleh ayah nya (direktur sekolah) guru tersebut pun langsung mengembalikan handphone Tae-woon dengan mudah nya. disinilah ketidak adilan juga terlihat dan Ra Eun-ho merasa tidak adil hanya karena taewon putra dari direktur sekolah dengan mudahnya ia meminta barang yang disita oleh guru.
Gambar 8 Episode 1 Menit 01.00.00
· Sign : Ruang guru
· Object : Ra Eun-ho sedang menyelinap di ruang guru untuk mengambil buku gambar nya yang disita oleh guru namun ia bertemu dengan siswa “X” yang sedang membakar kertas peringkat siswa.
· Interpretant : Ra Eun-ho menyelinap untuk mengambil buku gambar nya yang disita oleh guru lalu adegan tersebut juga mempertemukan Ra Eun-ho dengan siswa X yang sedang membakar kertas perinkat siswa di kantor guru semenjak saat itu saat siswa X berhasil kabur dan Eun-ho tertuduh menjadi siswa X sebagai pengrusuh disekolahnya. Dan saat Ra Eun-ho dituduh sebagai siswa X mimpi untuk memasuki universitas hangguk terhambat karena Eun-ho yang terancam dikeluarkan dari sekolah.
Gambar 9. Episode 2 Menit 31.53
Gambar 10. Episode 2 Menit 51.20
· Sign :
Gambar 9 : Sidang
Gambar 10 : Surat permohonan mengundurkan diri
· Object :
Gambar 9 : Sidang tertutup yang diadakan oleh sekolah dan dihadiri oleh Ra Eun-ho.
Gambar 10 : Surat permohonan pengunduran diri Ra Eun-ho untuk sekolah.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi kedua adegan, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai diskriminasi siswa. Pada gambar 1 Ra Eun-ho tertuduh menjadi siswa “X” sebagai pengacau sekolah lalu sekolah tidak mempunyai bukti yang kuat untuk menuduh Ra Eun-ho akan tetapi sekolah tetap bersisi kuat untuk menjadikan Ra Eun-ho sebagai pelaku dengan alesan juga Ra Eun-ho termasuk siswa yang kurang pintar hal itu sekolah memaksa Ra Eun-ho untuk mengundurkan diri dan mengaku sebagi siswa “X” dalam adegan tersebut namun Ra Eun-ho sudah mengatakan yang sejujurnya dan berusahat untuk menolak tuduhan tersebut akan tetapi sekolah tetap memaksa Ra Eun-ho untuk mengundurkan diri dilanjutkan pada adegan pada gambar ke-2 Ra Eun-ho menyerah dan memberikan surat itu kepada wali kelas. Pada adegan dua gambar diatas menunjukkan bahwa diskriminasi siswa yang begitu sedih bahwa nilai buruk tandanya tidak berhak untuk sekolah.
Gambar 11 Episode 2 Menit 54.25
· Sign : Drone
· Object : Pesawat nirawak Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara otomatis melalui program komputer yang dirancang dan dikendalikan oleh sesorang.
· Interpretant : Rapat terbuka raenho dikeluarkan dari sekolah. Dan pada adegan tersebut adanya penerbangan drone dan tulisan “X” pada kain drone menunjukan bahwa Ra Eun-ho diselamatkan oleh siswa “X” yang menandakan bahwa bukan Ra Eun-ho lah pelaku siswa misterius yang sedang dicari oleh pihak sekolah.
Gambar 12. Episode 3 menit 25.45
Gambar 13. Episode 3 Menit 35.00
· Sign :
Gambar 12 : Laporan
Gambar 13 : Papan pengumuman nilai
· Object :
Gambar 12 : Pengumuman dari kepala sekolah kepada seluruh siswa SMA Geumdo.
Gambar 13 : Papan pengumuman nilai peringkat terbaru dengan hasil nilai plus minus.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi kedua adegan, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai diskriminasi bagi para siswa dengan sistem nilai plus minus. Dua gambar tesebut menjelaskan bahwa adanya sistem nilai plus untuk siswa yang melaporkan teman nya saat melakukan pelanggaran sekolah lalu untuk nilai minus untuk siswa yang dilaporkan melakukan pelanggaran aturan sekolah. Dari sistem tersebut membuat semua siswa menjadi saling melapor dan saling menuduh sesama antar teman dan merusak hubungan pertemanan serta memicu sering nya terjadi keributan disekolah. Adanya sistem tersebut semakin membuat siswa tertekan karena ada nya ancaman nilai yang semakin berkurang, rapot yang payah dan resiko dikeluarkan dengan nilai minus terbanyak.
Gambar 14. Episode 4 Menit 49.45
Gambar 15. Epiode 4 Menit 51.35
· Sign :
Gambar 14 : Pengumuman
Gambar 15 : Video
· Object :
Gambar 14 : Di ruang aula sekolah mengumumkan 10 murid dengan nilai minus terbawah membawa resiko dikeluarkan dari sekolah.
Gambar 15 : Video yang ditayangkan di aula dan diungkapkan oleh “X”.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi kedua adegan, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai diskriminasi siswa bagi siswa yang mendapat nilai minus dan terancam dikeluarkan sekolah. Pada moment adengan tersebut X menampilkan video perbuatan kepala sekolah dan staff guru yang tidak mematuhi peraturan sekolah juga terekam dan ditampilkan oleh X yang mengungkap kan semua hal yang terjadi disekolah.
Gambar 16. Episode 5 Menit 28.43
· Sign : Suap
· Object : Pembicaraan yang dilakukan komite sekolah untuk membujuk kepala sekolah memberikan catatan evaluasi yang baik pada anak-anak mereka.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai ketidak adilan. Pada adegan tersebut terdapat sekumpulan ibu-ibu komite sekolah melakukan penyuapan terhadap kepala sekolah untuk memberikan nilai evaluasi yang baik terhadap anak-anak mereka. Hal ini tidak adil bagi siswa yang lain nya dikarenakan hanya karena uang dan jabatan mereka dibeda-bedakan.
Gambar 17. Episode 5 Menit 34.15
Gambar 18. Episode 5 Menit 37.12
· Sign :
Gambar 1: Perlombaan
Gambar 2: Kunci jawaban
· Object :
Gambar 1: Perlombaan sekolah untuk melengkapi catatan evaluasi siswa tetapi informasi hanya dibagikan oleh siswa yang orangtuanya memiliki peran penting.
Gambar 2: Direktur sekolah memiliki kunci jawaban perlombaan untuk anaknya mengikuti perlombaan tersebut.
· Interpretant : : Dari jenis dua adegan tersebut identifikasi, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut memaknai ketidakadilan perlombaan sekolah yang hanya diketahui oleh siswa dari orang tua yang memiliki peran penting disekolah. Orang tua yang memilki peran penting yaitu mereka sebagai donatur sekolah dan menggunakan uang dan hartanya untuk melakukan segala cara agar anak nya mendapatkan catatan evaluasi siswa dengan catatan terbaik disekolahnya. Sama hal nya direktur sekolah memberikan kunci jawaban terhadap putranya dan memaksakan putranya untuk mengikuti perlombaan tersebut. Hal inilah memperlihatkan ketidakadilan dalam peran sekolan menyama ratakan para purid di SMA Geumdo.
Gambar 19. Episode 6 Menit 45. 19
· Sign : Ancaman
· Object : Ancaman dari kepala sekolah terhadap wali kelas jika tidak memberikan evaluasi siswa dari orang tua komite sekolah.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut adanya kecurangan kepala sekolah yang sedang mengancam wali kelas jika tidak memperlihatkan evaluasi sisa terhadap orang tua murid yang memiliki peran sebagai donatur sekolah dengan catatan yang baik.
Gambar 20. Episode 6 Menit 48.28
Gambar 21. Episode 7 Menit 05.22
· Sign :
Gambar 20 : Evaluasi siswa
Gambar 21 : Dinas Pendidikan
· Object :
Gambar 12: Evaluasi siswa tersebar dimana-mana hingga terlihat secara umum.
Gambar 21 : Dinas Pendidikan mengetahui adanya diskriminasi siswa di SMA Geumdo.
· Interpretant : Dari jenis identifikasi adegan, penulis menunjukkan bahwa adegan pada gambar tersebut terungkapnya catatan evaluasi siswa yang sebenarnya sesuai dengan perilaku dan prestasi murid masing-masing dengan benar. Tetapi sesungguhnya evaluasi siswa tidak boleh terungkap dulu secara umum sampai akhir akan tetapi siswa X yang mengungkapkan ini semua seperti pada gambar, kedua hal ini agar tidak ada pemaksaan lagi terhadap wali murid untuk melihat catatan evaluasi siswa anaknya dengan cara yang curang dan siswa X juga melaporkan kepada dinas pendidikan adanya diskriminasi siswa di SMA Geumdo.
Gambar 22. Episode 9 menit 09:03
· Sign : Kelas (pembelajaran)
· Objek : Eun-ho bertanya kepada Bo-ra mengenai kelas sebelum berhenti dari sekolah.
· Interpretant : Adegan pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pada gambar atau scene tersebut menggambarkan sebuah ketidakadilan yang didapatkan Bo-ra sehingga ia harus berhenti dari sekolah. Dan sebelum ia resmi keluar dari sekolah, ia harus mengikuti kelas khusus dan konseling. Bo-Ra keluar sekolah dikarenakan ia dituduh oleh teman kelasnya melakukan kekerasan. Teman yang menuduhnya merupakan orang dari kalangan kelas atas, dengan kekuasaan atau kekayaannya ia membuat seolah-olah Bo-ra yang melakukan kesalahan. Ketidakadilan tersebut sangat terlihat, Bo-ra yang tidak melakukan kesalahan tetapi tetap harus menanggung kesalahan temannya tersebut karena ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Karena hal tersebut Bo-ra merasa hal ini sangatlah tidak adil dan ia memutuskan untuk keluar dari sekolah.
Gambar 23. Episode 9 menit 16:01
· Sign : Baik
· Objek : Eun-ho bertanya kepada gurunya (pak Shim) mengenai kata ’baik’ yang dilihat hanya dari sebuah peringkat.
· Interpretant : Adegan tersebut merupakan part dimana saat pak Shim sedang mengumumkan tentang ujian yang akan dilaksanakan 10 hari lagi dan pak shim berkata ”mari bekerja keras dan akhiri semester ini dengan baik”, perkataan tersebut mengundang kebingungan para murid salah satunya yaitu Eun-ho yang mengajukan pertanyaan “kenapa ‘baik’ itu harus dinilai dari peringkat?” pertanyaan Eun-ho pun disetujui para siswa yang lain mereka berkata bahwa hal seperti itu sangatlah tidak adil. Para siswa mengatakan seperti itu dikarenakan pada sekolah Geumdo bagi siapa yang memiliki peringkat rendah dianggap sebagai siswa yang bermasalah dan mencerminkan sesuatu yang buruk. Penilaian tersebut didasarkan hanya dari peringkat saja yang membuat para siswa pun mengalami diskriminasi oleh siswa yang memiliki peringkat tinggi. Akhirnya para siswa yang memiliki peringkat rendah merasa terpojokkan dan mereka mengalami depresi dan banyak dari mereka yang menyerah atau putus asa.
Gambar 24. Episode 10 menit 02:17
Gambar 25. Episode 10 menit 02:21
· Sign :
Gambar 24 : Ruang konseling
Gambar 25 : Kesaksian
· Objek :
Gambar 24 : Introgasi yang dilakukan pak Shim sebagai guru terhadap Hee-chan.
Gambar 25 : Hee-chan yang tidak mau memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan pak Shim.
· Interpretant : Adegan atau scene pada kedua gambar diatas merujuk pada sebuah kejadian dimana Hee-chan dan Eun-ho berantem lalu ada kejadian dimana Hee-chan melakukan kekerasan terhadap Eun-ho. Hee-chan yang berasal dari keluarga kaya berusaha menutupi dengan kekuasaannya agar namanya tidak jelek dengan menuduh bahwa Eun-ho lah yang melakukan kekerasan kepadanya. Dialog tersebut menandakan sebuah ketidakadilan atau tindak kecurangan dimana bagi siapa yang memiliki kekuasaan lebih, dapat memenangkan segalanya. Hee-chan yang mengetahui dirinya sebenarnya salah tetapi tidak ingin mengakuinya karena jika ia mengakuinya namanya akan tercoreng, maka dari itu ia menutupinya dengan menuduh Eun-ho yang memukulnya terlebih dahulu. hal tersebut sangatlah menggambarkan sebuah dikriminasi terhadap suatu golongan yang membuat korban terpojokkan dan menyalahkan dirinya sendiri, alhasil korban pun akan merasa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.
Gambar 26. Episode 10 menit 21:10
Gambar 27. Episode 10 menit 21:45
· Sign :
Gambar 5 : Poster
Gambar 6 : Perjuangan
· Objek :
Gambar 5 : Poster yang dibuat oleh Eun-Ho sebagai bentuk unjuk rasa.
Gambar 6 : Poster buatan Eun-ho yang mendapat dukungan positif dari para siswa, ia berkata bahwa tidak akan mengalah kepada ketidakadilan.
· Interpretant : Adegan pada scene tersebut menggambarkan sebuah aksi protes atau unjuk rasa yang dilakukan oleh seorang siswa kepada sekolah mengenai perlakuan pihak sekolah dalam menanggapi sebuah masalah. Adegan tersebut menunjukkan bahwa adanya kemajuan atau gerakan oleh pihak siswa dalam menanggapi sebuah ketidakadilan yang diterima. Hal itu berdampak positif terhadap motivasi siswa dalam menyuarakan isi hati mereka sehingga terhindar dari diskriminasi yang ada disekitar mereka.
Gambar 28. Episode 10 menit 49:30
Gambar 29. Episode 10 menit 56:10
Gambar 30. episode 10
· Sign :
Gambar 7 : Sidang
Gambar 8 : Dinas pendidikan
· Objek :
Gambar 7 : Rapat komite kekerasan disekolah terhadap kasus Ra Eun-ho yang dituduh melakukan kekerasan.
Gambar 8 : Hasil keputusan departemen pendidikan terhadap kasus kekerasan yang terjadi di sekolah.
· Interpretant : Adegan pada kedua scene tersebut saling berhubungan dimana rapat yang dilakukan sekolah mengenai kasus Ra Eun-ho terbukti tidak bersalah karena terdapat rekaman yang menunjukkan bahwa bukan Eun-ho yang melakukan kekerasan. Bukti kekerasan tersebut didapat dari seorang siswa lain yaitu Bo-ra, dimana sebelumnya Bo-ra juga mendapatkan perlakuan yang sama seperti Eun-ho. Hal itu membuat pak Shim sebagai guru mengajukan kembali tindak lanjut terhadap kasus Seo Bo-ra karena ia merasa Bo-ra tidak bersalah dalam kasusnya. Hasil rapat tersebut sampai kepada dinas pendidikan dimana mereka akan menindaklanjuti masalah yang ada karena menurut mereka masalah itu makin serius, serta terlalu banyak kekeliruan didalamnya. Kedua scene tersebut menandakan bahwa setiap masalah bisa diselesaikan secara adil, apabila melihat dari kedua sisi. Dan menunjukkan masalah dapat cepat diselesaikan apabila saling bekerjasama, saling membantu satu sama lain.
Gambar 30. Episode 11 menit 17:43
Gambar 31. Episode 11 menit 17:45
· Sign : Ruang guru
· Objek : Evaluasi guru yang dilakukan di ruang guru.
· Interpretant : Adegan pada scene diatas menampilkan sebuah perubahan yang terjadi pada sistem sekolah. Perubahan tersebut menunjukkan sebuah keadilan, dimana evaluasi tidak hanya untuk siswa saja melainkan guru juga harus dievaluasi agar tetap profesional dalam melakukan tugasnya. Evaluasi harus dilakukan guna menjaga sikap serta kepribadian agar selalu melakukan sesuatu dengan baik dan tetap pada jalan yang benar. Pada scene ini menandakan bahwa ketidakadilan mulai teratasi dan berubah menjadi suatu yang lebih baik lagi.
Gambar 32. Episode 13 menit 27:01
Gambar 33. Episode 13 menit 27:03
· Sign : Makan siang
· Objek : Berkat ”X” makan siang tidak lagi berdasarkan peringkat.
· Interpretant : Pada scene diatas menunjukkan sebuah ketidakadilan yang telah berubah berkat siswa X yang melakukan sesuatu terhadap pihak sekolah. Siswa X melakukan hal tersebut dikarenakan ia sangat tidak senang terhadap ketidakadilan atau diskriminasi yang dilakukan oleh pihak sekolah. Sebelumnya makan siang dan juga tempat duduk di kantin ditentukan dengan peringkat yang mereka dapat disekolah selama pembelajaran, siswa yang memiliki peringkat tinggi disuguhkan makanan yang enak dan mewah tetapi siswa yang memiliki peringkat rendah diberi makanan seadanya. Hal tersebut sangatlah tidak adil karena semua siswa membayar dengan bayaran yang sama tetapi mereka mendapat perlakuan yang berbeda hanya karena peringkat mereka rendah.
Gambar 34. Episode 13 menit 29:03
Gambar 35. Episode 13 menit 36:27
· Sign :
Gambar 11 : Makanan kadaluarsa
Gambar 12 : Siswa ”X”
· Objek :
Gambar 11 : Makanan kadaluarsa yang disajikan untuk makan siang para siswa di sekolah.
Gambar 12 : Siswa X yang melakukan sesuatu untuk mengumpulkan bukti serta membalas perbuatan pihak sekolah yang menyajikan makanan kadaluarsa untuk para siswa.
· Interpretant : Kedua gambar diatas terkait satu sama lain, dimana siswa X melakukan sebuah tindakan demi membalas perbuatan pihak sekolah yang berbuat curang terhadap makanan yang dikonsumsi para siswa. Siswa X ingin menegakkan keadilan dengan cara membalas perbuatan pihak sekolah 2x lipat. Karena jika tidak seperti itu pihak sekolah tetap akan berbuat curang. Tindakan siswa X merupakan tindakan negatif tetapi perbuatannya tersebut membuat sesuatu mengalami perubahan menjadi positif.
· Sign :
Gambar 11 : Makanan kadaluarsa
Gambar 12 : Siswa ”X”
· Objek :
Gambar 11 : Makanan kadaluarsa yang disajikan untuk makan siang para siswa di sekolah.
Gambar 12 : Siswa X yang melakukan sesuatu untuk mengumpulkan bukti serta membalas perbuatan pihak sekolah yang menyajikan makanan kadaluarsa untuk para siswa.
· Interpretant : Kedua gambar diatas terkait satu sama lain, dimana siswa X melakukan sebuah tindakan demi membalas perbuatan pihak sekolah yang berbuat curang terhadap makanan yang dikonsumsi para siswa. Siswa X ingin menegakkan keadilan dengan cara membalas perbuatan pihak sekolah 2x lipat. Karena jika tidak seperti itu pihak sekolah tetap akan berbuat curang. Tindakan siswa X merupakan tindakan negatif tetapi perbuatannya tersebut membuat sesuatu mengalami perubahan menjadi positif.
Gambar 36. Episode 14 menit 29:06
Gambar 37. Episode 14 menit 32:09
· Sign :
Gambar 13 : Putra direktur
Gambar 14: Ibu Sa-rang
· Objek :
Gambar 13 : Putra direktur yang merupakan siswa X
Gambar 14 : Ibu Sa-rang dipecat karena Sa-rang tidak mau mengungkapkan siapa itu X
· Interpretant : Siswa X merupakan seorang putra direktur sekolah. Sarang yang berteman dengan siswa X diminta kepala sekolah untuk memberi tahu siapa itu siswa X, jika ia tidak memberi tahunya kepala sekolah akan memecat ibunya yang bekerja di SMA Geumdo. Sarang yang merasa bahwa ini tidak adil berencana memberi tahu siapa itu siswa X tetapi ia ragu karena siswa X merupakan temannya, tetapi ia juga tidak ingin ibunya dipecat. Ibu sarang akhirnya dipecat karena Sa-rang tidak memberi tahu siapa itu siswa X, tetapi karena hal itu ia menjadi kesal dan merasa bahwa semua itu sangatlah tidak adil, mengapa harus ibunya yang menerima akibat dari perbuatan siswa X. Setelah terjadi pemecatan tersebut sarang merasa bahwa perbuatan yang dilakukan siswa X hanya sebuah candaan bagi siswa X Ia melakukan tersebut karena ia aman bahwa faktanya dia seorang putra direktur, dan semua kesalahan yang dilakukannya akan dilimpahkan kepada orang lain. Hal tersebut menandakan bahwa kekuasaan menciptakan sebuah ketidakadilan bagi orang-orang biasa yang tidak memiliki kekuatan. Tindakan tersebut sangatlah buruk.
Gambar 38. Episode 15 menit 05.20
Gambar 39. Episode 15 menit 37:43
· Sign :
Gambar 38 : Kambing hitam
Gambar 39 : Orang tua siswa X (direktur)
· Objek :
Gambar 38 : Ayah siswa X mengetahui bahwa putranya adalah sosok siswa misterius yaitu X yang selalu membuat masalah di sekolah
Gambar 39 : Ayah siswa X yang merupakan seorang direktur di SMA Geumdo membuat kesepakatan dengan kepala sekolah agar kesalahan anaknya tidak terungkap
· Interpretant : Tae-woon yang merupakan siswa X putra direktur ketahuan oleh ayahnya bahwa ia merupakan siswa X. Ayahnya yang mengetahui hal tersebut berupaya menggunakan kekuasaanya untuk menutupi kesalahan anaknya dan berbuat tidak adil terhadap Eun-ho dan menjadikannya sebagai kambing hitam atas kesalahan anaknya. Tae-woon yang tidak terima terhadap rencana ayahnya membuat rencananya sendiri agar Eun-ho selamat dari rencana jahat ayahnya. Scene tersebut menandakan bahwa kekuatan seseorang bisa mengubah orang menjadi orang yang jahat.
Gambar 40. Episode 16 menit 09:01
Gambar 41. Episode 16 menit 09:05
· Sign : Eun-ho dan Tae-woon
· Objek : Keputusan sekolah terhadap perbuatan yang dilakukan Eun-ho dan juga Tae-woon
· Interpretant : Eun-ho dan Tae-woon dipaksa oleh pihak sekolah untuk mengundurkan diri atas kesalahan yang mereka perbuat yaitu membuat kegaduhan yang merugikan sekolah. Tetapi sekolah mereka ingin mereka mengundurkan diri secara sukarela. Hal tersebut sangatlah tidak adil, sekolah ingin mereka keluar agar para orang tua murid tidak marah tetapi ia juga tidak ingin nama sekolahnya di cap jelek. Perbuatan tersebut sangat merugikan siswa yang bersangkutan, karena dengan itu kemungkinan akan susah mencari sekolah yang baru bagi siswa tersebut. Sistem tersebut hanya menguntungkan bagi para orang kaya di sekolah tersebut, karena dengan itu siswa kaya tersebut akan melakukan segala cara untuk mendapatkan peringkat yang baik.
Gambar 42. Episode 16 menit 39:49
· Sign : Korupsi
· Objek : Kepala sekolah dan wakil ketua sekolah yang akan diintrogasi mengenai korupsi di SMA Geumdo
· Interpretant : Setelah banyak kejadian yang terjadi di SMA Geumdo, kecurangan yang ada di sekolah tersebut satu-satu terbongkar salah satunya kasus korupsi yang dilakukan kepala sekolah. Scene tersebut menandakan bahwa perbuatan yang dilakukan X sangat memiliki dampak yang sangat besar bagi perubahan di SMA Geumdo. Ketidakadilan pun dapat teratasi, dan SMA Geumdo berusaha berubah menjadi sekolah yang lebih baik lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan menggunakan pendekatan semiotik Charles Sanders Peirce ditemukan banyak data yang menunjukkan keadilan dalam drama“School 2017”. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem yang ada pada sekolah harus memperlakukan seluruh siswa dengan adil tanpa membeda-bedakan para siswa. Karena walaupun nilai buruk kita semua berhak menuntut ilmu dengan baik tanpa ada diskriminasi didalamnya. Dari sini kita dapat mendapatkan kesimpulan pada peran siswa x dalam memperjuangkan keadilan sekolah bahwa terdapat sebuah kerja keras dan pengorbanan yang diperlukan agar membuat keadilan tercipta. Terkadang para siswa memiliki rencananya sendiri dalam menegakkan keadilan untuk menggapai mimpinya sendiri.
REFERENSI
Berita Hari Ini. (2021, Juli 9). Sinopsis Drakor School 2017, Tayang Hari Ini di NET TV. Kumparan. Diakses dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/sinopsis-drakor-school-2017-tayang-hari-ini-di-net-tv-1w6A3bAEuup/full.
Jin Seok-Park. (2017). School 2017. iQIYI. Diakses dari https://www.iq.com/album/school-2017-2017-q6pfpk17mp?lang=en_us.
Nydia Jannah. (2022, Juli 26). Drama Korea School 2017: Sinopsis, Daftar Pemeran, Ending, dan Pesan Moral. Showbiz. Diakses dari https://www.orami.co.id/magazine/school-2017.
Kholida Qothrunnada. (2022, Juli 21). Teks Drama: Pengertian, Contoh, dan Ciri-Cirinya. Detik Jabar. DIakses dari https://www.detik.com/jabar/berita/d-6191386/teks-drama-pengertian-contoh-dan-ciri-cirinya.
Dwi Ratih Puspitasari. (2021). Artikel ilmiah jurnal "SEMIOTIKA". NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM FILM TILIK (KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE). Vol.15 (No.1). DOI: http://dx.doi.org/10.30813/s:jk.v15i1.2494
REVIEW 20 JURNAL
1. Judul Jurnal : Analisis Poster Video Klip Lathi : Kajian Semiotika Ferdinand De Saussure
Object : Poster Video Klip Lathi
Metode/Persepektif : Pendekatan Kualitatif
Analisis : Pesan yang terkandung dalam poster video klip Lathi yaitu mengenai tentang hubungan yang tidak sehat. Tanda atau petanda yang terlihat yaitu ditunjukkan dari bagian-bagian yang berada pada poster lathi itu sendiri seperti tulisan Lathi yang memiliki arti kata/ucapan, lalu ada gambar muka dengan raut kanan dan kirinya berbeda yang mewakili maksud tersendiri.
Kesimpulan : Teori yang digunakan pada analisis poster Lathi merupakan teori Ferdinand de Saussure. Dimana pada analisis tersebut dapat disimpulkan pesan atau makna yang ada didalamnya yaitu berbentuk gagasan mengenai toxic relationship yang terjadi dalam hubungan cinta, yang seharusnya cinta menimbulkan rasa bahagia namun ternyata sebaliknya hanya rasa sakit yang dirasakan dalam hubungan tersebut.
2. Judul Jurnal : Analisis Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu "Laskar Pelangi" Karya Nidji
Object : Poster Video Klip Lathi
Metode/Persepektif : Pendekatan Kualitatif interpretatif
Analisis : Lagu laskar pelangi karya Nidji merupakan lagu yang terdapat pada album ”For All” dalam album tersebut semua lagu memiliki makna motivasi dalam bermimpi. Salah satu lagu dalam album tersebut yaitu laskar pelangi dimana dalam lagu tersebut terdapat makna yang tersembunyi didalam tiap liriknya. Pesan tersebut didapat dari tanda atau penanda yang ditunjukkan melalui lirik lagu disetiap baitnya. Pada bait pertama yang diatas pencipta memberikan pesan bahwa dalam menggapai mimpi tidaklah mudah, meskipun begitu kejarlah mimpimu selagi bisa. Pada bait kedua dimana menceritakan bahwa jangan takut menggantungkan mimpimu diangkasa, bebaslah dalam bermimpi. karena dengan bermimpi kita mempunyai tujuan hidup, jadikanlah mimpi sebagai penyemangat dan motivasi dalam menjalani kehidupan. Pada bait ketiga bercerita bahwa hidup di dunia ini harus mempunyai mimpi, karena dengan mimpi kita dapat menaklukan dunia. Pada bait keempat menceritakan bahwa kita harus mencitai hidup dan kehidupan, karena meskipun dunia ini kadang tak adil tetapi cinta yang ada disekitar dapat mewarnai kehidupan. Selanjutnya bait kelima tentang sekelompok pejuang yang disebut laskar pelangi yang kuat dan tak pernah terikat dengan waktu. Dan bait keenam dimana bercerita tentang kelompok perjuangan pelangi, maksud pesan yang disampaikan pada bait tersebut yaitu mimpi memberi kita kekuatan dan harapan sehingga kita tidak akan putus asa dalam mencapai mimpi itu.
Kesimpulan : penelitian membahas makna lirik lagu Laskar Pelangi karya Nidji menggunakan semiotika Ferdinand De Saussure dimana tanda dan petanda di tunjukkan pada setiap bait di lagu laskar pelangi. Ditemukan makna pada lagu tersebut yaitu mengenai motivasi dalam menggapai mimpi.
3. Judul jurnal : Representasi Perilaku Menyimpang dalam Pendidikan Sekolah Pada film "Bad Genius The Series" (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)
Object : Film "Bad Genius The Series"
Metode/persepektif : Penelitian kualitatif deskriptif
Analisis : penanda dan petanda pada film Bad Genius The Series yang merepresentasikan perilaku menyimpang dalam pendidikan sekolah ditunjukkanya melalui beberapa dialog atau adegan yang terdapat pada film tersebut. Seperti menyontek jawaban orang lain, Lynn dan Bank yang membagikan jawabannya kepada teman lain, menyusun strategi untuk menyontek agar tidak ketahuan oleh pengawas, serta melanggar peraturan yang memberikan dampak buruk bagi mereka sendiri. Segala cara dilakukan mereka untuk menjawab ujian dan mendapatkan nilai yang bagus. Lynn melakukan hal tersebut demi mendapatkan uang. Tidak hanya Lynn tetapi Bank juga melakukan hal yang sama. Adegan serta percakapan pada film tersebut merupakan penanda dan petanda yang sangat terlihat dan merepresentasikan perilaku menyimpang.
Kesimpulan : Analisis menunjukkan bahwa peneliti menemukan empat bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa dalam film “Bad Genius The Series”. Dapat disimpulkan dari empat bentuk yang telah ditemukan oleh peneliti yaitu Melihat atau menyontek jawaban milik orang lain, Memberikan jawaban kepada teman lain, Menghindari dan tidak mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan untuk pelaksanaan ujian, Melakukan tindakan tidak terpuji bahwa melalui bentuk-bentuk tersebut perilaku yang telah mereka lakukan dapat menyebabkan kerugian bagi diri mereka sendiri serta kerugian bagi orang lain. Kerugian yang mereka dapatkan adalah seperti dikeluarkan dari sekolah, di blacklist dari daftar ujian, memiliki catatan criminal serta merugikan pihak lain yang akan mendapatkan imbas atau masalah dari perbuatan yang mereka lakukan.
4. Judul jurnal : NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM FILM TILIK (KAJIAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE)
Object : Film ”Tilik”
Metode/persepektif : Pendekatan kualitatif
Analisis : “Tilik” yang merupakan film pendek tentang rombongan ibu-ibu yang menaiki truk untuk menjenguk Bu Lurah yang dirawat di rumah sakit. Tetapi pada perjalanan tersebut salah satu ibu-ibu yaitu bu Tejo tidak henti-hentinya membicarakan seorang gadis canti yang merupakan kembang desa ditempatnya, gadis itu bernama Dian. Analisis ini membahas mengenai nilai sosial budaya yang terdapat pada film pendek tersebut. Analisis dilakukan menggunakan teori Pierce dimana terdapat sign, objek, dan interpretant. Tanda yang terdapat pada film tersebut ditunjukkan melalui teks, gambar, symbol, dan sebagainya. Salah satu nilai sosial budaya dapat terlihat dari kata tilik yang mana dalam Bahasa Jawa memiliki arti menjenguk. Penggunaan kata tilik tersebut juga merepresentasikan bahwa sebuah budaya dalam masyarakat Jawa.
Kesimpulan : Berdasarkan analisis yang telah dilakukan melalui pendekatan semiotik Charles Sanders Pierce maka ditemukan banyak data yang menunjukkan nilai sosial dan kebudayaan dalam film “Tilik”. Penelitian mencakup tiga pembahasan yang berupa sign, object, dan interpretant. Film “Tilik” memiliki nilai sosial budaya yang dapat dianalisa. Nilai sosial budaya yang terdapat pada dilm Tilik tersebut meliputi sistem bahasa, sikap kekeluargaan, organisasi sosial, kemajuan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, sapaan, mitos yang berkembang dalam masyarakat, status sosial, gotong royong, dan nilai sopan santun. Film “Tilik” berusaha untuk tetap melestarikan dan menjaga nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.
5. Judul jurnal : Pesan Moral dalam Film “Yowis Ben”
Object : Film ”Yowis Ben”
Metode/persepektif : Penelitian kualitatif
Analisis : Analisis dilakukan dengan menjabarkan makna Representamen, object, interpretan. Pada analisis didapat sifat rendah hati yang digambarkan tokoh Bayu dimana meskipun direndahkan oleh orang ia bisa mengendalikan emosinya dengan mempertahankan prinsipnya. Selain sifat rendah hati, film ini juga menggambarkan tentang toleransi dimana ditunjukkan pada scene saat iyan ingin melaksanakan sholat, nando menyediakan tempat untuk sholat dirumahnya meskipun agama mereka berbeda. Selain itu terdapat juga gambaran tentang kasih sayang, persahabatan, kerja keras, dan pendidikan. Pesan moral yang terdapat pada film Yowis Ben dapat dilihat melalui scene pada film tersebut.
Kesimpulan : Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa, film YOWIS BEN ini memiliki pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-tanda yang muncul baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya. Tokoh yang sering muncul dalam film ini adalah Bayu dan rekan bandnya. Walaupun bergenre komedi, film YOWIS BEN ini juga selalu menampilkan sisi baik atau prilaku yang bermoral yang patut dicontohi oleh para penggemar film tersebut, penokohan yang ada dalam film ini mewakili lapisan masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Dapat disimpulkan bahwa tokoh dan pembicaraan yang ada disetiap scene merupakan representasi dari pesan moral.
6. Judul jurnal : REPRESENTASI NASIONALISME DALAM FILM RUDY HABIBIE (STUDI ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE)
Object: Film “Rudy Habibie”
Metode/persepektif : Metode kualitatif
Analisis : representasi nasionalisme yang terdapat pada film Rudy Habibie ditunjukkan melalui tanda-tanda yang ditampilkan melalui scene pada film. Salah satunya yaitu saat Rudy sedang memegang kertas yang bertuliskan rancangan untuk Indonesia, Scene ini menginterpretasikan bahwa semangat nasionalisme Rudy terlihat dari usahanya untuk mengumpulkan teman guna menunjukkan pemikirannya yang berupa rancangan untuk negara Indonesia.
Kesimpulan : Riset representasi nasionalisme dalam film Rudy Habibie (analisis semiotika Charles sanders Pierce) menghasilkan: 1) Representasi nasionalisme Rudy Habibie ditunjukkan dengan cara memperjuangkan Indonesia setelah kembali dari studinya dalam bidang industri dirgantara; 2) Representasi nasionalisme yang kedua diinterpretasikan dengan rancangan akan kebutuhan potensi sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Indonesia dalam bidang industri dirgantara, perikanan, pertanian dan maritim; 3) Representasi nasionalisme Rudy Habibie yang ketiga diinterpretasikan dengan falsafah dari orang tuanya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa Indonesia; 4) Representasi nasionalisme yang keempat diinterpretasikan dengan puisi Habibie tentang sumpah terhadap ibu pertiwi untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita bangsa Indonesia.
7. Judul jurnal : REPRESENTASI KONSEP CINTA PADA FILM FIVE FEET APART (2019): KAJIAN SEMIOTIKA PIERCE
Object : Film “Five Feet Apart”
Metode/persepektif : Metode kualitatif deskriptif
Analisis : Film Five Feet Apart memiliki beberapa tanda yang digunakan untuk merepresentasikan konsep cinta yang muncul pada tokoh utama dalam film. Film ini merepresentasikan tiga komponen cinta dengan tanda-tanda yang terkandung. Terdapat beberapa scene yang menunjukan tanda dan berkaitan dengan tringular theory of love, diantaranya simbol atau tanda terkait komponen intimacy, passion dan commitment
Kesimpulan : Hasil dari penelitian ini yaitu, tanda-tanda yang merepresentasikan konsep cinta Robert Sternberg pada tokoh utama dalam film Five Feet Apart dapat dianalisis melalui kajian semiotika Charles Sanders Pierce meliputi sign, object dan interpretant. Hal tersebut digambarkan melalui unsur verbal dan non-verbal, seperti tindakan, ucapan, penampilan, dan sebagainya. penelitian ini juga menghasilkan makna berdasarkan triangle meanings theory Pierce. Terdapat 10 scenes yang merepresentasikan makna komponen intimacy, 7 scenes yang merepresentasikan makna komponen passion, serta 1 scene yang merepresentasikan makna komponen commitment. Hasil dari analisis tersebut membuktikan bahwa melalui analisis semiotika Pierce, setiap tandatanda dalam karya sastra terutama film seringkali memiliki makna tertentu yang dapat dikaji untuk mencapai suatu tujuan.
8. Judul jurnal : REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM PENYALIN CAHAYA (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE)
Object : Film ”Penyalin Cahaya”
Metode/persepektif : Deskriptif kualitatif
Analisis : Representasi pesan moral yang ditemukan yaitu pantang menyerah, berani, tidak asal menyalahkan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang. Represntasi pesan tersebut dapat dilihat melalui scene yang ada pada film, seperti Suryani sedang berdiri sambil mengambil gambar dirinya dengan menggunakan handphone kamera belakangnya, memperlihatkan tokoh Nur menemui senior yang bernama Anggun dan Rama untuk meminta penjelasan atas apa yang terjadi pada dirinya kemarin malam. Scene tersebut memperlihatkan representasi moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Bisa dilihat bahwa sikap pantang menyerah tercermin dalam adegan seorang tokoh Suryani yang tetap mencari tahu kebenaran atas apa yang telah terjadi pada dirinya yang mengakibatkan terancamnya ia mendapatkan beasiswanya kembali.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian mengenai representasi pesan moral dalam film Penyalin Cahaya yang diperoleh dari berbagai sumber data, maka peneliti menyimpulkan bahwa film Penyalin Cahaya merepresentasikan pesan moral. Adapun pesan moral dari film Penyalin Cahaya mempunyai kandungan pesan moral manusia dengan dirinya sendiri seperti pantang menyerah, bersikap berani, tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Dan pesan moral manusia dengan manusia lain seperti kasih sayang dan tolong menolong.
9. Judul jurnal : ANALISIS TANDA DALAM FILM FANTASTIC BEAST : THE CRIMES OF GRINDELWALD KARYA DAVID YATES (SEBUAH ANALISIS SEMIOTIK)
Object : FILM “FANTASTIC BEAST : THE CRIMES OF GRINDELWALD”
Metode/persepektif : Penelitian deskriptif
Analisis : tanda-tanda yang terdapat pada film fantastic beast ditunjukkan melalui adegan pada film tersebut. Salah satu tanda tersebut tergambar pada adegan pada menit ke 01:02:00 menunjukkan bahwa Dumbledore sedang mengajar di sebuah ruangan, dan di tengah ruangan semua siswa yang memakai seragam (uniform) sedang menikmati tontonan. Jenis tanda yang ditemukan dalam gambar di atas yaitu tanda symbol : seragam Makna dari tanda symbol seragam dalam adegan di atas merupakan sebuah jubah (uniform) yang dipakai oleh anak-anak (students) yang ada di ruangan kelas yang menunjukkan bahwa mereka adalah anak-anak (student) dari sekolah sihir Hogwarts.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tanda dalam setiap gambar yang ada dalam adegan-adegan di film Fantastic Beast : The Crimes of Grindelwlad yaitu ikon, indeks, dan simbol. Keseluruhannya terdapat di dalam 26 adegan yang memiliki unsur tanda, yang terdiri dari 7 ikon, 12 indeks, dan 7 simbol. Hasil analisis makna dalam 26 gambar di setiap adegan yang terdapat dalam film menunjukkan bahwa setiap tanda memiliki makna yang berbeda-beda untuk menjelaskan sesuatu dibalik objek yang ditandai, baik sebuah peristiwa, benda, tempat, gambar, atau apapun sesuai dengan acuan tanda yang ditunjukkan dalam film ini.
10. Judul jurnal : Representasi Hedonisme Dalam Film Orang Kaya Baru
Object : Film ”Orang Kaya Baru”
Metode/persepektif : Metode semiotika
Analisis : Representasi hedonisme dalam film ini dapat digambarkan sebagai orang yang tidak bisa berpikir panjang, sebagai cara untuk menaikan status sosial, untuk sombong dan kebanggaan tersendiri, juga berbagi kekayaan dan menutupi kekurangan, sebagai gaya hidup. Hedonisme sendiri terjadi dikarenakan sikap egois, sombong, dan juga pengaruh dari luar yang membuat seseorang menjadi boros dan konsumtif. Gambaran hedonisme ini dapat dilihat melalui adegan – adegan yang dikaitkan dengan hal yang sesuai. Dari film ini peneliti melihat adanya penyebab hedonisme pada film Orang Kaya baru dimana untuk memenuhi sikap egoisme. Dimana pada adegan M diperlihatkan keluarga ini membeli barang tersebut tanpa tujuan dan mementingkan ego mereka masing – masing.
Kesimpulan : Hedonisme dalam film Orang Kaya Baru direpresentasikan sebagai orang yang tidak bisa berpikir panjang, sebagai cara untuk menaikan status sosial, sebagai cara untuk sombong dan kebanggaan tersendiri, juga berbagi kekayaan dan menutupi kekurangan, sebagai gaya hidup. Sikap hedonisme pada film Orang Kaya Baru dipengaruhi oleh ideologi individualisme, konsumerisme dan egoisme dalam penyelesaian penelitian representasi hedonisme dalam film “ Orang Kaya Baru”. Hedonisme yang dapat peneliti temukan dalam film ini adalah hedonisme direpresentasikan dengan beberapa scene yang berisi adegan yang menampilkan simbol-simbol kesenangan yang sesaat, seperti berbelanja berbagai macam pakaian dan aksesoris mewah, perilaku yang arogan dan kurang menghargai orang lain yang status sosialnya lebih rendah dari mereka, serta gaya hidup yang bebas seperti berpesta di klub malam.
11. Judul : Analisis Makna Jilbab Sebuah Presepsi Mahasiswa IAIN Ponorogo (Penekatan Semiotika Ferdinand De Saussure)
Object : Jilbab
Metode : menggunakan metode pendekatan penelitian deskriptif kualitatif
Analisis :Simbol mengenakan jilbab menunjukan bahwa dia beragama Islam dan sebagai identitas diri seorang muslimah. Namun dengan adanya pergeseran makna jilbab bahwa bukan hanya sebagai penutup aurat dan identitas diri seorang muslimah namun juga jilbab sebagai life style dan fashion agar tidak terkesan kunodan norak jika dibandingkan dengan orang lain.
-Sign (Petanda) :
Pemakaian kerudung segi empat, pashmina, jilbab langsungan dengan model dan bentuk yang beragam dan pakaian yang longgar dan tidak ketat.
-Signifer (Penanda) :
Memakai jilbab jenis segi empat, pashmina maupun jilbab langsungan dengan tetap menutup aurat tapi dengan model yang beragam. Misal: satu atau dua sisi jilbab diserampingkan ke bahu, ujung jilbab ditali ke leher asal dengan pakaian yang dilihat oleh orang lain longgar di badan pemakainya sehingga tidak menampakkan lekuk tubuh.
Signified (Petanda) :
Memaknai jilbab untuk menutup aurat adalah simbol mengikuti ajaran syariat Islam sebab jilbab dapat menunjukkan identitas diri seorang wanita beragama Islam atau muslimah. Karena dengan identitas tersebut setidaknya bisa meminimalisir godaan dan tindak kejahatan . Dan dapat tetap mengikuti trend fashion. Walaupun tampil muslimah, namun tetap fashionable dan memudahkan aktifitas walaupun berjilbab.
Kesimpulan : Pemaknaan jilbab yang beraneka ragam yang berkaitan erat dengan masing-masing perbedaan latar belakang. Bentuk dan model jilbab merupakan simbol dari alat komunikasi yang menunjukan ekspresi diri dari seorang perempuan.
12. Judul : Makna Puisi Wiji Thukul dalam Film “Istirahatlah Kata-Kata” dengan Pendekatan Semiotika Ferdinand De Saussure
Object : Puisi dalam film "istrirahatlah kata-kata"
Metode : penelitian kualitatif
Analisis :
Perlawanan Atas Tindakan Orde Baru
Puisi Istirahatlah Kata-Kata yang terinspirasi dari kondisi sosial mempunyai makna implisit. Refleksi gerakan yang telah dijalankan berangkat dari salah satu tesis dasar dialektika bahwa diam pun adalah gerak. Demikian pula makna istirahat bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, yang diistirahatkan sebagai teriakan kata-kata kritik terhadap rezim yang mewujudkan dalam aksi-aksi demonstrasi.
Ketidakadilan Sosial
Aparat bersikap tidak adil terhadap warga Indonesia yang menajaga keamanan negara namun malah bertindak sebagai bentuk penindasan.
Kesimpulan : Puisi Wiji Thukul dalam Film Istirahatlah kata-kata yang memliki dua arti perlawanan dan ketidakadilan sosial Tema puisi Istirahatlah kata-kata dan Tanpa judul dalam bercerita tentang Refleksi yang kemudian melakukan aksi. Perenungan yang dijalani oleh Wiji Thukul dalam puisi ini mempunyai arti kontemplasi yang mendalam untuk melakukan gerakan untuk melawan rezim orde Soeharto. Sedangkan puisi Tanpa Judul bermakna tentang Ketidakadilan sosial yang terdapat dalam film Istirahatlah Kata-Kata.
13. Judul : Makna Cinta Dalam Lirik Lagu Bismillah Cinta Karya Sigit Purnomo Analisi Semiotika ferdinand De Saussure
Object : Lirik Lagu Bismillah Cinta
Metode : Penelitian Kualitatif-Deskriptif
Analisis : cinta memiliki pengertian tersendiri karena setiap orang, setiap manusia pasti mengalami kejadian yang sangat berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cinta memiliki jenis yang bermacam-macam. Makna cinta dapat dilhat dari sudut pandang jenis-jenis cinta yang ada dan bagaimana cinta itu terwujud, berjalan, maupun bagaimana maksud yang disampaikan dalam lirik lagu yang ditulis oleh pengarang.
-Signified : cinta, percaya cinta, kulukis rasa, melanda, panjatkan doa, ramadhan membawa hikmah
-Signifier : Pada kata cinta di atas memiliki dua makna berbeda. Cinta pertama bermaksud kepada julukan ataupun panggilan yang biasa diungkapkan oleh penulis. Sedangkan kata cinta yang kedua menuju kepada makna cinta itu sendiri. Cinta yakni kepercayaan untuk memulai dengan mantap apa yang ada di hadapannya, dengan rasa saling percaya maka segala masalah dapat dengan mudah teratasi jika dilakukan dengan tabah, ulet, serta tidak mengeluh meski yang dihadapi merupakan sesuatu yang berat untuk dijalani
Kesimpulan : saya dapat mengetahui bahwa dalam lirik “Bismillah Cinta” saya mengerti makna dari cinta dan lirik ini mengungkapkan bagaimana rasanya ketika seseorang yang dicintainya terpisah dengan jarak sehingga ikatan cinta yang diungkapkan merupakan sebuah ujian untuk bisa saling memahami keadaaan yang menimpa pribadi masing-masing dan agar dapat mengerti bahwa cinta jika tidak dibarengi dengan rasa percaya maka cinta hanyalah sebuah kata-kata yang dapat dituliskan dalam bahasa bukan merupakan ikatan yang membuat hati menjadi aman dan tentram. Dengan demikian, mendekatkan diri kepada Allah adalah jalan terbaik di saat seseorang mengalami berbagai hal seperti sedih, susah, maupun khawatir terhadap sesuatu yang dihadapi.
14. Judul : Represenasi Sindrom “Cinderella Complex” Pada karaker Wanita Dalam Drama Korea (Analisis Semiotika Charles sanders Peirce.
Object : Drama Korea “Guardian: he Lonely and Great God)
Metode : pendekatan kualitatif deskriptif
Analisis :
-Tanda/Sign: pada film adalah gambar pada film atau yang lebih dikenal dengan scene.
-objek adalah dialog, gesture, dan teknik pengambilan gambar dalam drama korea
Guardian : the Lonely and Great God
-interpretant adalah makna yang ditimbulkan oleh penggunaan tanda tersebut.
Ketiga unsur yang berinteraksi di pemikiran seseorang inilah yang menghasilkan nilai-nilai syndrome Cinderella Complex yang dimaksud dalam film.
Kesimpulan : Makna interpretasi sindrom Cinderella Complex yang muncul dari film drama serial korea Guardian : The Lonely of Great God berupa makna apa adanya yang merupakan gambaran dari realitas masyarakat korea terkait budaya patriarki yang melekat. Dengan kata lain interpretasi yang dimaknai yaitu sebagai ‘simulasi’ kenyataan dari dampak budaya patriarki bagi wanita yang 2 dihadirkan kembali melalui ciri-ciri sindrom Cinderella Complex pada tokoh Ji Eun Tak tersebut
15. Judul : Analisis Semiotika Pesan Pesan Moral Pada Tayangan Serial Film
Layangan Putus Tentang Perselingkuhan (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : Serial Film Layangan Putus
Metode : pendekatan kualitatif
Analisis :
Sign : ditemukan 13 tanda atau pesan moral yang termuat dalam gambar dan audio.
Object : dalam film Layangan Putus di tunjukkan dari pesan-pesan moral yang di tandai dengan ekspresi, dan dialog para pemain maupun tindakan yang terliha
Interpresentant pemaknaan pesan-pesan moral dalam film Layangan Putus muncul dalam benak terkait dengan objeck yang di rujuk
Kesimpulan : Film ini memberikan petunjuk bahwa adanya tanda atau pesan-pesan moral yang mengandung di dalam film tersebut. pesan moral dalam serial film Layangan Putus tentang perselingkuhan berikut paparan analisis dan datanya. Pesan-pesan moral yang didalam serial film layangan putus mengusung aspek utama tentang Perselingkuhan yang terjadi pada Rumah Tangga Aris dan Kinan
16. Judul : Analisis Pesan Moral dalam Film Animasi One Piece Seri Movie “Stempede” (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : film animasi yang berjudul One Piece seri movie “Stemepede”
Metode : Pendekatan Kualitatif
Analisis :
Representasi yaitu gambar audio visual dan teks.
Objek yaitu yang mengandung pesan moral.
Interpretant yaitu menafsirkan data kemudian dinarasikan.
Kesimpulan : pesan moral yang disampaikan adalah menekakan kepada penonton untuk saling tolong menolong, kepedulian antar sesama, bekerja keras, tidak mudah menyerah, tetap solidaritas, kekeluargaan.
17. Judul : Representasi Nilai Pergaulan Bebas Remaja Pada Film Series Little Mom. (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : Film Series Little Mom
Metode : Penelitian Kualitatif
Analisis :
Sign : Hamil diluar nikah sebagai akibat dari pergaulan bebas
Object : Dalam scane pertama terlihat tokoh Naura yang menunjukan test pack. Pada gambar tersebut terlihat test pack menunjukan tanda garis dua strip.
Interpretant : Melihat dalam adegan Naura menangis, artinya ketidak siapan akan hal tersebut. Hamil di luar nikah merupakan salah satu bentuk penyimpangan nilai yang ada didalam masyarakat, permasalahan tersebut dalam masyarakat dianggap sebagai aib, karena perilaku tersebut dinyatakan idak sesuai terhadap nilai serta norma-norma yang ada pada masyarakat.
Kesimpulan : penelitian ini memfokuskan pada nilai pergaulan bebas yang ditampilkan secara visual dalam scane-scane yang terdapat dalam series ini dengan cara semiotika oleh Charles Sanders Peirce yang merupakan sebuah teori yang mengupas tentang bagaimana makna muncul dari sebuah tanda, maka tanda tersebut digunakan untuk berkomunikasi.
18. Judul : Pesan Moral dalam drama Korea It’s Okay Not To Be Okay. (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : drama Korea It’s Okay Not To Be Okay
Metode : Penelitian Kualitatif
Analisis :
Sign : mengekspresikan emosi dan perasaan
Object : jenis indeks karena terdapat hubungan sebab akibat. jika Sang-tae mau untuk diajak berkomunikasi ketika menyelesaikan konflik di antara mereka dan Sang-tae tidak menghindar serta menggigit tangan Gang-tae.
Interpretant : jenis argument karena adegan ini menunjukkan bahwa Gang-tae meluapkan amarahnya di depan Sang-tae karena hal dan perilaku yang Sang-tae lakukan merupakan perilaku yang tidak baik.
Kesimpulan : menghadapi trauma masa lalu, mempunyai simpati dan empati, kasih sayang orang tua, tidak berbohong, menerima dan menghargai perbedaan, jangan terjebak di zona nyaman, jangan egois, rendah hati, mengungkapkan emosi dan perasaan, hidup harus tetap berjalan, keterbukaan diri dan stigma negatif mengenai autisme
19. Judul : Representasi Sisi Kemiskinan Dalam Film Parasite (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : Film Parasite
Metode : Kualitatif bersifat Deskriptif
Analisis : Peneliti melihat adanya tanda-tanda masalah sosial yang terjadi yaitu kemiskinan yang terjadi pada film Parasite ditunjukkan dengan adegan yang dilakukan keluarga Kim.
Kesimpulan : Hasil triangulasi data wawancara mendalam di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa representasi sisi kemiskinan yang tergambarkan dalam film Parasite melalui adegan-adegan yang peneliti analisis dan benarkan oleh narasumber lalu mengarah pada tandatanda kemiskinan yang di gambarkan oleh keluarga Kim, yaitu Ki-Taek, Chung-Sook, Ki-Jung, dan Ki-Woo, memperlihatkan masalah sosial yang terjadi pada masyarakat saat ini, yaitu kemiskinan
20. Judul : Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)
Object : Film Laskar Pelangi
Metode : Pendekatan Kualitatif bersifat induktif
Analisis :
Sign : gambar/frame
Object : Kostum sebagai penanda sosial
Interpretan : Kondisi yang serba sederhana tidak ditemui pada tokoh-tokoh yang bersekolah di sekolah PN. Mereka selalu mengenakan kostum seragam serba mewah yang berganti-ganti tiap hari, dan sebagainya.
Kesimpulan : Tanda – tanda tersebut mendeskripsikan makna dari keadaan, kejadian, kostum, kekayaan, nama, bakat, kemiskinan. Semangat untuk mendapatkan pendidikan tergambar jelas pada film. Tanda – tanda disajikan dengan sangat baik sehingga mampu memberikan keprihatinan mendalam terhadap tokoh anak – anak Laskar Pelangi kepada penonton. Kesenjangan sosial juga sangat dirasakan dari ikon kostum dan bangunan sekolah.